Saturday, January 30, 2010

Di Kamar Ibu

kucari cadal sulaman ibu
ketemui pelikat biru abahku


Kisah itu masih di situ
setelah janji
kalau aku pergi jangan dicari!
Abah harus pergi
segetar angin
kelam makin hitam
Ibu menyimpan tanda
ya tanda masih di situ
Aku si tunggal
kembali menemukan
sarung malam akhir
bantal dan kelambu
kujahit robek kenangan
perpisahan takdir kehidupan
jalan tidak membelok kembali
pintu sudah patah ensel
tiada siapapun pulang
semua sudah berkumpul
di temuan yang pasti
di peti kasihku
Abah
Ibu
(37 tahun Abah pergi
8 tahun Ibu menyusul - tunggu aku, Abaah Ibu! Al Fatehah)
30 012010

3 comments:

Ampuan Awang said...

Salam, Bonda...

"Di kamar ibu" memang menarik untuk anakanda tatap. Terima kasih, Bonda.

mbak dee said...

"Ia yang berasal dari cahaya berpulang pada cahaya. Ia yang berasal dari tanah berpulang pada tanah".

Puisi Ibu bagus sekali. Saya ingin belajar tentang puisi pada Ibu, bolehkah? Tks.

SITI ZAINON ISMAIL said...

> Ya anakanda Ampuan, siapakah kita seorang anak , kita hanya dititipkan melalui kedua orang tua, Satu amanah Ciptaaan Allah SWT....untuk hambaNya

> Mbak Dee,
kita sama-sama mempelajri kehidupan, semnua CiptaanNya akan dipanggil menghadapNya - tnggal detik dan ketika yang tepat kita jua akan berangkat ke Rumah Kasih Ilahi. Duh tanah Jawa dan Minang banyak memberiku kehidupan puisi . Mari bersama menikmati hati puisi kita khan....