Monday, July 7, 2008

Cahaya dan kebersihan cat air

Selasa, 8 Julai 2008

Pertama adalah pandangan mata. Kedua kau akan diasak ketakjuban dengan kejadian ciptaan Sang Kuasa. Hujan luruh, matahari bersinar, malampun disinari cahaya bulan. Di mana kau pelukis meneropong, sebelum 'meniru'kebesaran Sang Kuasa untuk di'salin'ke atas kertas atau kanvas. Bermula dengan pendeta Cina dan Jepun, meniru adalah kesaksian untuk lebih mencintai, mengasihi. Kata Li Po, 'berjalanlah, tataplah langit, sentuhi bumi di kakimu, dan sanubari wadah mengadun gelora - berdoalah- melukislah'. Tapi aku diasak dentingan getar nilon rebab, bertali lagu si pauh janggi memanggil-manggil, lihatlah ke sukmamu, tataplah merah jingga dari kolam sukma mu, atau ungu lembut muncul dari celah ranting angsana menjulur di jendela rumahmu di pinggir anak Sungai Kancing itu. Apalagi ketika renjisan hujan berderaian mengusik daunan dan bungaan itu. Tumbuhlah kaligrafi amat bersih.

Demikianlah yang kukutip dua hari lalu, ucapan Seniman Negara, Datuk Syed Ahmad Jamal, "Inilah warna cahaya, bersih, dengan kemilau yang selalu mengiringi lukisan cat air'. Tambah beliau lagi 'sejak dulu hingga sekarang, saya sendiri harus melukis dengan berus yang bersih, warna yang bersih, tipis, melayang, cerah dan kemilau'. Kebersihan itu datang dari lubuh jiwa! Bukankah ini juga yang diucapkan oleh Saadi tentang bunga mawar, atau Rindu Tagore kepada kilauan bulan purnama, dan aku pula terlempar jauh ke kebun tamar, yang mencelah di longgokan gunung batu nun jauh di halaman Kekasih Allah. Atas kebenaran dan kebesaran-Mu, cahaya itu juga memencar-mencar , bersih berkilauan tepat suara Azan melantun dari kubah hijau masjid Nabi di Madinah. Bukankah inilah lukisan cat air dan aneka bahan pewarna yang harus bersih dan berkilauan itu!

No comments: