Nota buat Nikha
1,
Langit biru mendekap sayap laut
Lazuardi berjanji
Lihatlah langit itu
Dia Ada
menggemggam bunga karang cinta.
2.
Entah gelora badai apa
Lazuardi hilang kemudi
Allahuakbar. UjianMu juga
Doa langit
kembalilah Bahtera belayar tenang
3.
Tangis Langit biru
mendakap sayang camar mimpi
menemani dia pergi
syukurlah kalau kembali
26 Oktober menjelang Maghrib Akhir Gombak
18.58
Sentuhan kecil atas isu kehidupan seharianmu.Kasih leluHur punca tamadun bangsa dengan suluhan Nur dan Cinta Allah SWT. Di Rumah ini kita fikirkan nilai warisan ibunda dan tiupi nyala api subur berseri.Insyaallah
Wednesday, October 26, 2011
Tuesday, October 25, 2011
BISIKAN ZAITUN - Surat Dari Awan 18
1.
DARI jutaan pilihan
kau adalah butiran zaitun di musim panen
ketika camar laut tiba di pantai
terbang landai ke perbukitan
meriahnya kehidupan
berzikir pelangi selepas hujan
katakan padaku, wahai Perwira Arif
siapakah yang menyeru
melambai bersama Azan
setelah bahteramu merapat
dan jangkar dilabuhkan
kau terpanah
oleh kilaun zaitun
ungu kehitaman
berminyak manis hidangan
siapa menunggu
dengan gelas kosong
yang harus kau isi.
ii
Itulah Bisikan Kasih
menuju ke Lorong Abadi
percayalah
dikau si mata Zaitun
basah wajahmu
dalam lumuran hujan zamzam
Serulah
Dia menyambut
tanpa ragu
dekapan bunga hati
di pangkuan Sejadah
sejak dinihari ke senja
menyambut deruan syahadah
jangan lalaikan manisku
dengan rusuh uji
berangkatlah
dengan Senyuman
Bisikan Abadi
Tetap Menanti
Melati Gombak
24-25 Okt 2011
Friday, October 21, 2011
TITIS LAZUARDI MU - Surat dari Awan 17
Titis Lazuardi Mu
Sungguh Malam ciptaanMu
bintang-bintang berbinar
bulan tanpa warna
kecuali bias matahari
kita mengkaguminya kilauan
berbisiklah malam
tanpamu aku adalah kegelapan
ditakuti bidadari
setelah bintangMu
memerciku lautan
Lazuardi pun
bermain gesekan sayap ikan
kilau lokan malam
bersama air mata takdir
berzikir
tak jenuh
bermainan janji
Kau Sang Pencipta
kami makhluk pelupa
benarkan kami sujud dinihari
bertasbih sepanjang malam
tanpa keluh kesah
hanya sejadah yang basah.
Lazuardi malam
kau iringi getar hati
memberi genggaman setanggi
mengembang jauh ke langit
menjunam ke bumi
Lazuadiku bertunjung biru
sarat akar kaligrafi
ucaplah
Tiada Tuhan yang disembah
Melainkan Allah
Subhanallah
izinkan aku
melangkah.
21-22 Oktober 2011
Thursday, October 20, 2011
GEBAR MALAM - Surat dari Awan 16
Hingga jauh malam
gebar pun mendakapmu
entah dini ke berapa
kau si renik tahu wajah
kesendirianmu
menempel di kejap batu
angin menyimbah nyilu
gerimis hujan badai
memain sayapmu
tidak kau kelu atau lesu.
Kau sendiri
adalah gebar
untuk unggas dan ulat batu
gelinting pasir terpelanting
disepak kuda pahlawan
menyentuh urat daunmu
ketika rengkek kuda Pompie
menyerbu
menerjang musuh di puncak
yang alah
terpelanting, tersimbah darah
darah itu mengalir,
luka mencair ke urat senimu
Kau si cermin hati
tersenyum
itu aku
menjadi gebar kasih
tertebar setiap kau seru
Seruan Mu
tetap bergumul Rindu.
Nikha
Kau ada
dalam gebar kasihku
tunggu aku di puncak
Rahmah
memaut erat
genggaman Aksara Adam
hanya BisikNya
menyatukan pasangan itu
kembali!
kembali mereka
dalam
kasih batini
*
18-20 Oktober 2011
Monday, October 17, 2011
DEMI MILIKMU YA ILAHI - Surat dari Awan 15
Sekecil manapun
ia tetap milikMu
aku hanya musafir
daif dengan balutan kafan
tanpa sulaman hiasan
bawalah jasad ini
ruh yang lampung
ingatan kudus
butiran pasir diri
debu-debuh kelabu
darah hitam kering berbekas di jalan
kembara yang lelah
aku pasrah .
Segala harta
kosong
kuserah ke pemiliknya
jangan Kau Uji dengan Berat Janji
Janji kosong segala pembohong musuhMu
segala penggoda berhasrat dengki
aku ingin senyap dalam dakapan sunyi
aku ingin menggigil di malam dinihairi
menatap bulan Zulhijjah
deru angin Arafah sebelum ke Jambrah
melempar kedegilan Sang Ingkar
sepanjang zaman
tetap aku kapas terapung
terbang melayang
benarkan aku singgah
di Jabar Rahmah
di Mina
janjiMu ku Kutip Berkilauan tasbih
takkan kupalit gelap gulita
atas Cinta Benar Kau
di lubuk Hati
hanya JannahMu'
yang setia menerima
Kasih Abadi.
Bandar Baru Bangi
17-18 Okt 2011
Sunday, October 16, 2011
NIKHA, RINDU SELALU ADA - Surat dari Awan 14
Merentas laut di bawah lengkung langit
gelombang awan, Kau tetap Ada
serulah aku berkait duri
Kau Pilih juga
si gembala luka
Nikha, Rindu selalu ada
Dekat OlehNya
pergi aku kerana Rindu Satu !
pergi aku kerana Rindu Satu !
16-17 Okt 2011
selepas subuh perjalanan ke Baitul Maqdis
@szi. Mac 2011
DAHAN RINDU - Surat dari Awan 13
Dahan Rindu
Setelah hujan malam
Setelah hujan malam
terasa ombak menderu
wajah haru kami menerpa
witir dinihari menggema
kenapa kau tidak bersama ku
memintal tali khemah Arafah
menghitung bintang Zulhijjah.
Aku si gembala iman
masih tersisa
derasnya pacuan cemeti
Ya Qayyum jangan uji Dahan Rindu
Yang masih Kau Seru
berdetak di kalbu !
Dinihari Masjid Hasanah
Bandar Baru Bangi
15-16 Oktober 2011
17-18 Zulkaedah 1432
Friday, October 14, 2011
Al Fatihah
Ke Jalan Bayam, Rumah no 48000
Kota Bharu kuredah lagi. Kami berangkat dengan perasaan kenangan yang sukar dicatat nikmat rindu masa lalu. Naik Keretapi Ekspress Wau ekspress malam - apakah yang cari? Masa lalu dengan kenderaan keretapi asap dari batu arang. Cepatnya harian dan waktu. Alhamdulillah, kaupun datang lagi mencari stesen Palekbang. Tapi itulah cerita Hesmel, 40 % stesen keretapi sudah dibongkar dinding dan atap genting lama - sudah berganti tiang dan tembok batu. Stesen Palekban? Keretapi tidak berhenti di situ. Kau boleh di Wakaf Baru atau terus ke stesen akhir di Tumpat.
Ya jeti dan feri tidak ada lagi. Tapi kau harus terburu-buru ke Jalan Bayam. Siapakah yang cari. Al Fatihah, sungguh rindu mencengkam. Kau susuri rimbun lalang, mencari rumah abadi gurunya Seniman Negara. Ya Allah, puterinya Shikin juga terkial-kial menguis lalang mencari pusara Bunda yang sudah sudah dirimbuni lalang. Ya, yang pergi tetap pergi aku terlonta dalam panas siang, hanya doa hanya Al Fatihah semoga dikau damai di rumah Abadi dicucui RahmatNya. Amin.
NIKHA 2 - Surat dari Awan 12
Sirat Zeida buat Nikha
Jarak luas perpisahan
rindu memendam di kalbu
bisik Zeida ketika jasad Gibran
di usung ke kampung halaman.
Tidak kau, Nikha
kala aku diremas angin Chendering
monsun meratah ngeri
di pasir bersaksi ombak jauh melandai
ketika air mati
hingga tersentak
camar menukik nyaring
sia-sia kau di situ
wahai perempuan jauh
suratmu terlayang tak sampai
cabik oleh angin dendam
jangan kau menjadi Zeida
menyalai rindu
dia sudah berlalu
sebelum kau tiba
dengan biduk oleng beban
kenapa kau
masih berpelangi setia
menggalas bening senja
jauh di pelabuhan lama!
Tanjung Periok 1985 - Chendering 1995
Tuesday, October 11, 2011
DI LAUT BIRU INI NIKHA - Surat dari awan 11
Entah di hari ke berapa
aku menatap Laut BiruMu
menggengam batu cadas
jurang nun jauh
buih mendesah
kalimah yang amat kita kenali
melantun dan bersuara
kau dengarkah peluit kapal
mendesing, tapi terus berlalu
tidak berpaling ke sini.
Di pinggir Selat Bali
camar melayang rendah
menabur renyukan surat tanpa alamat
tanpa nama pengirim
Nikha,
kapalmu berlalu di lautan biru
mengibar panji Nusantara
setelah pulang dari laut Sicily
membawa khabar
membawa surat cinta Gibran
tidak pernah dibuka
oleh Zeida yang rawan!
Di laut biru ini Nikha
Rahsia batini
Rahsia batini
terendam di lautan cantik
mutiara menyimpan rahasia
air mata
hadiah Mu ya Ilahi
menyulam kasih Abadi
kala Surat Pertama ku buka
Bacalah
Tulislah
bergema di teluk Kekasih
jangan kau sembunyikan helah
dan ingkar hati
terimalah bunga
kelopak empat puluh empat cinta
abadi dipintal gelora
Hamba Yang Menggenggam Uji
tidak tidurlah aku
mengira detik
dan kepalsuan kehidupan
wajar dilalui .
Aku pergi, Nikha
jauh menggulung awan
tembus ke padang lapang
di langit Arafah
masih ada awan yang sama
kan kubaca
kaligrafi yang Satu
Kau
Aku
ada di genggamNya!
Dari gumpalan awan
kan kulakar
Lautan BiruMu
ya kekasih Kami
Nikha,
kau ada di situ
menjaga kehidupan
di Lautan Biru!
menjaga kehidupan
di Lautan Biru!
(detik ke rumahMu ya Rabbi 1432)
11 Oktober 2011
gambar @ Melor & Linda
Saturday, October 8, 2011
SURAT DARI AWAN - 10
KAMILAH
gumpulan awanMu
bertarung mengait angin
bayang tembus ke atas langit
ke bawah air
di sana masa lalu UjianMu
datang berbondong
kami menyahut PanggilanMu
dari negeri jauh
sarat dosa, tingkah ulah kejam hitam
akhirnya bagai ulat kecil
di atas daun robek
terlayang ke rumahMu
berilah kami kejernihan hati
keinsafan dengan limpah kemaafan
keinsafan dengan limpah kemaafan
bukalah pintu
benarkan kami
ke Jannatun Naim
jangan lagi berpaling
kejamlah hati
bila kembali
hanya membatu diri.
hanya membatu diri.
Kan kugapai gemawan Jabar Rahmah
bukit pertemuan cinta Adam
penantian Hawa
aku ke sini
ya Rabbi
oleh IzinMu
harum seruni
dan Kau menyuntingku lagi
Allahuakbar!
(Menjelang ke RumahMu
ya Kekasih Kami)
1-9 Oktober 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)